Minggu, 31 Januari 2010

Berpikir & Mengembangkan


Selalu berpikir dan berbuat (tsune ni shinen kufu seyo). Prinsip ke-20 adalah yang paling sulit untuk diterjemahkan dengan jelas dalam bahasa Inggris. Apa yang ingin dikatakan oleh Master Funakoshi adalah jika sebuah teknik dasar sudah dipahami, maka adalah kebebasan tiap orang untuk terus memikirkan dan mengembangkan aplikasi baru yang sesuai dengan keadaan. Jalan terbaik untuk melihat lebih dalam pada hal ini adalah dengan memahami peran sesungguhnya dari instruktur.

Istilah “sensei” dalam bahasa Jepang berarti “orang yang sudah lebih dulu” atau “orang yang sudah berpengalaman.” Kata yang lain adalah “shizen”, yang berarti “memberi petunjuk.” Seorang sensei hanya dapat menerangkan atau menunjukkan dasar-dasar, dia tidak dapat melakukan gerakan untukmu. Master Funakoshi tidak pernah berkata, “contohlah apa yang sedang kulakukan,” dia hanya menunjukkan atau memperbaiki gerakan kami. Seorang guru hanya hanya bertindak sebagai seorang pemberi petunjuk karena setiap orang mempunyai keadaan tubuh yang berbeda. Adalah tugas murid untuk mencari tahu lewat caranya sendiri dengan bergantung pada pikiran dan tubuhnya sendiri.

Kenyataannya adalah, kita nyaris tidak tahu apa-apa tentang kata tingkat lanjut. Tidak ada petunjuk manual atau gulungan yang menerangkan gerakan berikut aplikasinya. Karena itulah, yang berperan lebih banyak adalah penafsiran individual. Beberapa aplikasi tertentu mungkin akan berhasil pada orang yang bertubuh tinggi daripada yang pendek, dan begitu pula sebaliknya. Hal terpenting adalah prinsipnya selalu sama. Proses gerakan memukul, menendang, dan sebagainya adalah sama untuk semua orang, tapi tidak ada seorangpun yang baik pukulan atau tendangannya sama persis dengan orang lain.

Instruktur tidak mampu menerangkan rasanya melakukan gerakan yang benar. Hal itu hanya diketahui setelah ratusan kali mengulang hingga orang tersebut dapat mulai mengerti gerakan itu. Keseluruhan dari hal ini adalah memahami esensi karate itu sendiri.

Kapanpun sebagian dari kami bertanya pada Master Funakoshi tentang suatu teknik, dia akan berkata, “kerjakan 1.000 kali sehingga kau akan menemukan jawabannya.” Tentu saja, hanya sedikit orang yang mempunyai waktu untuk itu, tapi cobalah sendiri. Jika kau penasaran bagaimana tubuh dapat melakukan kime (konsentrasi), sebagai contoh, pukulah makiwara berulang kali sampai kau merasakan sesuatu. Sehingga kau akan mengetahui bahwa kau pada permulaan untuk mengerjakan kime yang benar.

Arti yang lain dari prinsip ke-20 adalah setiap orang harus berusaha membawa karate ke tahap berikutnya. Ini adalah aspek mental untuk berlatih, dan tidak ada akhir untuk ini. Hanya dengan pikiran yang jernih kita dapat membuat sesuatu yang baru sekaligus terbuka untuk belajar hal yang baru. Aku tidak berkata membuat teknik baru, aku berkata bahwa saat pikiranmu jernih dan bebas dari ego, maka karate akan menjadi sangat natural.

Ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta ini semakin dalam dan dalam. Begitu pula manusia. Gunakan karate untuk memahami dirimu sendiri, dan kau tidak akan mengalami pertentangan. Saat tidak ada lagi konflik dalam pikiranmu, maka kau telah hidup dengan sebenar-benarnya. Inilah anugerah yang sebenarnya diberikan karate pada kita. Karena itu berlatihlah dengan tekun dan gunakan Niju Kun dari Master Funakoshi sebagai petunjuk baik dalam latihan dan hidupmu - Teruyuki Okazaki (Fokushotokan)

Artikel ini ditulis oleh Teruyuki Okazaki (instruktur kepala ISKF) dengan judul “Tsune ni Shinen Kufu Seyo”. Editing dan alih bahasa oleh Fokushotokan.

Kata Shotokan






Kata Shotokan

Kata yang berarti bentuk resmi atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat. Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate.

Kata yang berarti bentuk resmi atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat. Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate. Setiap kata memiliki embusen (pola dan arah) dan bunkai (praktik) yang berbeda-beda tergantung dari kata yang sedang dikerjakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah kata sebagai filsafat.

Karena itulah kata memiliki peranan yang penting sejak jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate. Gichin Funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Ada yang populer ada pula yang tidak. Masing-masing mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu wajib bagi tiap karateka untuk mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.
Kata Arti Nama Asli
Heian Shodan Pikiran yang damai (1) Pinan Nidan
Heian Nidan Pikiran yang damai (2) Pinan Shodan
Heian Sandan Pikiran yang damai (3) Pinan Sandan
Heian Yondan Pikiran yang damai (4) Pinan Yondan
Heian Godan Pikiran yang damai (5) Pinan Godan
Tekki Shodan Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat (1) Naihanchi
Tekki Nidan Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat (2)
Tekki Sandan Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat (3)
Bassai Dai Menembus benteng (besar) Passai
Kanku Dai Menatap langit (besar) Kushanku
Enpi Burung layang-layang terbang Wanshu
Hangetsu Bulan separuh Seishan
Jion Nama biksu Budha, pengampunan Jion
Nijushiho 24 langkah Niseishi
Sochin Memberi kedamaian bagi orang banyak Sochin
Bassai Sho Menembus benteng (kecil)
Kanku Sho Menatap langit (kecil)
Jitte Bertarung seolah-olah dengan kekuatan 10 orang Jitte
Chinte Tangan yang luar biasa Chinte
Meikyo Cermin jiwa Rohai
Jiin Gema Kuil, Dasar kuil
Gankaku Bangau diatas batu Chinto
Wankan Mahkota raja Wankan
Gojushiho Sho 54 langkah (kecil)
Gojushiho Dai 54 langkah (besar) Useishi
Unsu Tangan seperti (menyibak) awan di angkasa Hakko

Jangan Sampai Tersesat di Mimpi Kita Sendiri


Impian akan mengarahkan kita kemana akan melangkah, bagaimana akan berbuat dan bersikap. Dengan impian kita akan tau dimana titik akhir dari perjuangan. Dan segera setelah mencapai impian itu, kita dapat menggantikannya dengan impian lain yang belum tercapai.

Sahabat, dalam meraih impian, kita perlu strategi dan peta. Sehingga saat berjalan dan bertemu dengan hambatan, kita dapat memilih untuk melompatinya ataukah memutarinya dan mengambil jalan lain. Tanpa mengubah impian, hanya mengubah arah jalan saja.

Bayangkan anda berada di tengah samudera di atas sebuah speedboat.
Lima puluh kilometer di depan anda adalah sebuah pulau, dan di
pulau itu terdapat semua yang anda inginkan dan cita-citakan.
Semua impian anda. Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu
semua adalah sampai ke pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang
cakrawala. Tapi cakrawala yang mana…?

Masalahnya adalah anda tidak punya kompas, peta, radio, telepon,
dan anda tidak tahu mana arah ke pulau tersebut. Arah yang salah
akan membuat anda melenceng jauh sekali dari pulau impian,
sementara di sekeliling anda yang terlihat cuma laut dan langit.

Dalam dua jam, anda bisa saja telah sampai di pulau impian.
Tetapi bila anda salah arah – anda bisa kehabisan bahan bakar
sebelum bisa mencapai pulau impian.

Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa mengetahui dan mengerti
kegunaan hidup anda – adalah sama dengan dilema pulau impian.
Semua impian anda sebenarnya bisa tercapai, namun untuk mencapainya
anda harus mengetahui peta impian. Yaitu apa, di mana, dan bagaimana mencapainya. Anda mutlak mengetahui arah untuk mencapainya. Tentukan peta anda sekarang – untuk dapat mencapai impian anda. Buat seteliti dan seakurat mungkin – dan selanjutnya anda tinggal mengarahkan speedboat anda ke pulau impian… Untuk selanjutnya, Anda meraihnya, merengkuhnya, dan tersenyum dengan bangga, “Inilah impianku, dan aku telah mendapatkannya.”

Referensi: http://www.resensi.net/peta-impian/2009/12/20/

Sabtu, 30 Januari 2010

tambah lagi wawasan mengenai aliran gojuryu...

(Materi ujian teori yang harus dilulusi dulu, baru dapat mengikuti ujian teknik)

Satu

v MATERI UJIAN TEORI SELURUH TINGKATAN KYU SERTA DAN



Pada awalnya di Okinawa terdapat tiga seni pertarungan (bujutsu) yang berbeda, dengan teknik masing-masing, yaitu Naha-Te di Kota Naha, dengan mahagurunya, Huganuma atau Higassyionna, Shuri-Te dai Kota Shuri, dengan mahagurunya Matsumura, dan Tomari-Te di Kota Tomari.



Ketika tokoh-tokoh Naha-Te dan Shuri –Te hijrah ke Jepang, muncullah kesepakatan dari guru-guru yag dating dari Okinawa untuk menggunakan suatau nama meskipun teknik sama sekali berbeda. Dipilihlah nama Karate, mula-mula berarti “tangan China”, yaitu”kara” = China, dan Te = tangan, tetapi kemudian ketika politik anti China merebak di Jepang, makna karate diganti menjadi “tangan kosong “ yaitu Kara =diartikan kosong, dan “Te” =Tangan.



Masing-masing aliran (“ryu”)seni pertarungan Jepang itu mengoleksi perbendaharaan tekhnik khas mereka ke dalam apa yang dinamakan “Kata”. Dan setiap perguruan dan aliran. Menempatkan “Kata” sebagai “jiwa dari alirannya” yang berbeda dengan aliran lain. Jenis-jenis kata menjadi pembeda utama dari aliran –aliran karate yang memang tadinya berasal dari berbagai seni pertarungan yang berbeda, yang kemudian hanya namanya yang disatukan,tetapi teknik dan prinsip-prinsipnya yang saling kontras satu sama lain tak mungkin bisa disatukan. Contohnya karateka aliran Goju (nama dulunya: sebelum menjasi karate adalah (Naha-Te ) yang harus memukul dengan start kepalan dari bawah ketiak, berbeda dengan karateka Shotokan (nama dulunya sebelum menjadi karateka adalah Shuri-Te yang harus memukul dengan start kepalan tangan dari samping pinggang.perbedaan itu muncul dari perbedaan prinsip yang juga tak mungkin untuk dipertemukan, yaitu Goju-Ryu menganut prinsip lingkara, sedangkan Shotokan Ryu menganut prinsip “straight to the point” alias gerakan lurus ke sasaran. Gaya “kumite” Goju-Ryu adalah gaya pertarungan jarak dekat, sedangkan gaya “kumite” Shotokan adalah gaya pertarungan jarak jauh.



Sejak ribuan tahun yang lalu hingga dewasa ini, seseorang diketahui berasal dari aliran atau perguruan karate mana, terlihat dari jenis Kata yang mereka tampilkan. Jadi “Kata” adalah id a khas dari perguruan atau aliran mana seorang karateka berasal.



Mungkin saja ada jenis kata Goju-Ryu yang namanya sama dengan Kata Aliran /perguruan lain, tetapi cara memainkan serta makna “bunkai” nya berbeda.

Berbeda halnya dengan “kumite shai” (pertandingan), di mana dapat dipertemukan dan dirumuskan satu id an pertandingan Kumite yang digunakan oleh seluruh perguruan atau aliran yang bernaung di bawah satu id an, contohnya id an WKF, menggunakan satu peraturan pertandingan yang seragam untuk seluruh atlet, dari perguruan manapun mereka berasal.

DUA

v MATERI UJIAN SELURUH TINKATAN (Kyu serta DAN)



Go=Keras, Ju= Lunak, Ryu=Aliran, sedangkan Kai=Perguruan.

Pendiri Gojukai, Gogen Yamaghuci Sensei, belajar Goju-Ryu dari Chojun Miyagi Sensei, dan Gogen Yamaguchilah yang menyatukan butir-butir pelajaran yang esensial dengan mendirikan federasi Karate-Do di Jepang. Pelanjutnya saat ini, Saiko Shihan Ghosi Yamaguchi memperkaya teknik-teknik trasisional Goju- Ryu dan kurikulum Goju-Ryu dengan kreasinya sendiri, yang sebelumnya belum diajarkan oleh para pendahulunya, sehingga menambah ketertarikan orang untuk berlatih Goju-Ryu karena sistematika kurikulumnya yang id an tidak ditemukan pada perguruan lain sebelumnya, meningkatkan spirit, id an kemampuan tubuh



Pada tahun 1951, Gogen Yamaguchi mendapat tingkatan “Ju Dan Hanshi” (DAN 10) dari master Chojun Miyagi. Pada tahun 1964, Gogen Yamaguchi yang berpartisipasi membentuk All Japan Karate-Do Federation. Pada tahun 1965, Gogen Yamaguchi mendirikan Internasional Karate-Do Gojukai dan menjadi presidennya. Pada tahun 1969, Gogen Yamaguchi memperoleh penghargaan tertinggi dari Kaisar Jepang, yaitu “Ranjuuho-sho”award



Internasional Karate-Do Gojukai Association (IKGA) didirikan oleh Shihan Gogen Yamaguchi ( Hanshi-Dan 10) sebagai presiden pertama, ahli warisnya, Saiko Shihan Goshi Yamaguchi sebagai presiden kedua. Tokoh kedua setelah Shaiko Shihan Goshi Yamaguchi adalah Hanshi Hiromasa Kikhuci.



Karate-Do Gojukai Indonesia atau IKGA didirikan pada tanggal 15 Agustus 1967 oleh Sensei Drs. Setyo Haryono (almahrum), Dan 6. Dewasa ini IKGA Indonesia Shibuconya adalah Shihan Achmad Ali (Kyosi –Dan 7 IKGA ) dengan wakilnya (Fuku Shibuco) adalah Shihan Maskun Prasetia (Kyosi Dan 7 IKGA).



Shihan Kai IKGA Indonesia terdiri dari : Shihan Achmad Ali, Shihan Maskun Prasetia, dan Shihan Musakir.



Dewan Guru Nasional saat ini dipimpin oleh Achmad Ali, Wakilnya Maskun Prasetia, dengan anggota Musakkir, Franky Parengkuan, Husni Yusuf, Hartono, Budi Aryanto, Josef Mayabubun, Mahdi Shahab, Guntur, Josis Ngantung, dan Suherman.



TIGA

v Materi ujian Kyu IV hingga Dan I, serta materi ujian seluruh tingkatan Dan



Gojukai secara terprogram da berkala, melaksanakan seminar teknik (“gashuku”) untuk kelompok pemegang tingkatan tinggi (Dan 5 ke atas ), juga secara terpisah melaksankan secara berkala Seminar Teknik untuk para instruktur (Dan 2,3,serta4). Seminar teknik untuk para pemegang kyu, dan secara rutin teratur melaksanakan kelas khusus untuk karateka usia lanjut, yang berlatih karate Goju-Ryu untuk meningkatkan kesehatan mereka dan metode pernafasan goju.



Jenis muatan latihan di dojo-dojo Gojukai di bawah afiliasi I.K.G.A (Internasional Karate-Do Gojukai Association) dengan Presidennya, Saiko Shihan Goshi Yamaguchi, tidak sekedar berlatih teknik Karate pertandingan, tetapi juga berlatih Karate sebagai suatu kesenangan yang dijalani seumur hidup. Kita menginginkan anak –anak untuk belajar akal sehat(“common sense”) melalui aktivitas kelompok dan untuk memahami makna dari meningkatkan potensi dan kemampuan diri sendiri secara bertahap, dengan kedisiplinan tinggi dan ketegaran yang keras, bukan sekadar untuk menghadapi tantangan di arena pertandingan. Tetapi juga untuk menyiapkan raga dan spirit menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupan.



Kihon (latihan dasar) Gojukai adalah membuat kepalan, Joi dan Menendang.

Lalu kita akan mulai tujuh jenis latihan dasar (kihon) : Tachikata (cara baerdiri), Kamaekata (bentuk-bentuk sikap tempur), Ukekata (jenis-jenis tangkisan), Uchikata (jenis-jenis sabetan), Ataketa ( Jenis-jenis tumbukan) dan Kerikata (jenis-jenis tendangan).



Ada dua Kihon Waza (teknik dasar); yang pertama digunakan dalam “kata” dan yang lainnya digunakan dalam “jiyu kumite” (latihan pertarungan bebas). Juga ada dua jenis Ido (gerakan kaki) :yang pertama adalah Unshoku untuk gerakan dasar (Khihon), sedang yang kedua adalah Thensin dan Sabaki untuk Kumite.



Kihon Ido dilatih dengan menggunakan metode : Kihon Ido I, Kihon II, Oyo Ido, Siho Ido, Juppo Ido, Hatsubo Ido, dan variasi Ido lain.



Terdapat empat kelompok Kata Goju-Ryu, Yaitu :

a. Fukyu Kata (Junbi Kata): kelompol kata persiapan

b. Kihon Kata ; kelompok kata dasar

c. Khaisu Kata ; kelompok kata tangan terbuka

d. Tokutei Kata ; Kelompok kata luar biasa

Sanchin dan Tensyou adalah yang termasuk Kihon Kata. Ada dua pendapat tentang penempatan Kihon Kata dan kurikulum Gojukai. Pendapat pertama yang memempatkan “sanchin” mendahului Fukyu Kata (Junbi Kata), sedang “Tensyou” dilatih setelah mulai berlatih Khaisu Kata. Tetapi pendapat lain menempatkan latihan Sanchin dan Tensyou, setelah latihan Fukyu Kata. Kurikulum 2008 ini menggunakan pendapat kedua ini.



Di dalam Goju-kai, Kihon Kata terdiri dari pasangan Go Waza (teknik keras) dan Jyu Waza (teknik lunak).

Fukyu Kata terdiri dari sepuluh jenis “Takyouku Kata” dandua jenis “Geikisai Kata”.

Khaisu Kata terdiri dari : Saifua, Seiyunchin, Seipai, Sanseiru, Seisan, Shisouchin, kururunfa, Dan Suparinpei.

Tokutei Kata terdiri atas empat jenis : Genkaku, Chikaku, Tenkaku dan Okaku.

Adapun leempat jenis Tokutei Kata ini hanya diajarkan untuk para Shihan dan dilarang untuk diajarkan untuk digunakan dalam even pertandingan Kata.



Terdapat tiga kelompok jenis latihan pertarungan (kumite),

a. Kihon Kumite (latihan pertarungan dasar yang dilakukan di tempat/Heiko dachi)

b. Yakusoku Kumite terdiri dari : Kihon Yakusoku Kumite, Gohon Kumite, Nanahon Kumite, Roppon Kumite, dan Ashi Barai Kumite, Gohon Kumite, Taoshi Waza dan Owari Waza.

c. Jiyu Kumite terdiri dari : Heiko Ho, Ippoido Ho, Awase Kumite dan Jiyu Kumite.

d. Teknik Tradisional : Osae, Sukui, Kawashi, Humi, dan Kenka.

Seluruh latihan pertarungan dilakukan secara berpasangan dan membutuhkan perhatian terhadap Kihon, Timing, Jarak (ma-il) dan teknik-teknik yang lebih sulit dalam latihan.



Aplikasi dan makna setuao teknik yang terkandung dalam masing-masing Kata dilatih dalam latihan Bunkai (aplikasi), yang metode latihannya ada dua jenis :

a. Bunkai Kata Kumite : aplikasi setiap gerakan secara terpisah dalam Kata, yang diaplikasikan terhadap situasi tertentu. Tiap teknik atau gerakan dalam masing-masing Kata, dapat diaplikasikan terhadap 1001 kemungkinan.

b. Kata Bunkai Kumite : adalah suatu jenis “Kata” yang dilakukan berpasangan, yang gerakan keduanya sudah baku, bak gerakan “seme-te” (penyerang)gmaupun gerakan yang memainkan gerakan Kata, tidak bisa diubah, demikian pula urutannya. Terdiri dari : Kata Bunkai Geikisai I, Kata Bunkai Gekisai II, Kata Bunkai Seifua, Kata Bunkai Seiyunchin, Kata Bunkai Sanseiru, Kata Bunkai Seisan, Kata Bunkai Shisouchin, Kata Bunkai Kururunfa, dan Kata Bunkai Supariunpai.



Goju-Ryu juga memiliki metode latihan khas untuk melatih pergelangan yaitu:

a. Kote Kitai

b. Kakate Kitae

c. Kote Awase (dilakukan sebagai aplikasi “Sanchin” dan “Tensyou” berpasangan).



Di dalam Goju-Ryu, yang terpenting adalah membangun kekuatan “kihon” (dasar) dan pernafasan.

Kita membutuhkan metode latihan yang cocok bagi Karate, dengan cara setiap hari berlatih untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan dan teknik(“kihon Waza) serta latihan Kata dengan memahami “bunkai”nya.



Untuk menyempurnakan kekuatan dan kelenturan otot, mempertinggi satamina dan konsentrasi, maka juga dibutuhkan latihan tambahan atau Shumatsu Dosa berupa latihan penggunaan senjata tradisional seperti : Sai, Bo, Tonfa, Nunchaku, Kama, Nihonto, Shuriken, Yari, dan Niganata. Setiap orang memiluh menggunakan salah satu atau beberapa diantaranya yang dianggapnya cocok untuk dirinya.

Latihan tambahan lin yang sangat penting untuk melatih focus, tenaga dan kecepatan adalah menggunakan makiwara (papan sasaran).



Latihan pernafasan dinamai : Ibuki, yang dieksperesikan ke dalam tiga tahap :

a. In (menarik nafas dalam-dalam melalui hidung, dan berkonsentrasi membayangkan udara diserap ke “tanden” sekitar dua centi di bawah pusar.

b. Yo (menghembuskan nafas kuat-kuat dari mulut dengan suara keras, tetapi tidak berlebihan dan tidak dibuat-buat dan berkonsentrasi membayangkan udara didorong keluar dari “tanden”.

c. Han In Yo (tekanan terakhir nafas dikeluarakan dengan sura keras, tetapi tidak dibuat-buat).

Ketiga tahap itu dilakukan dengan mengencangkan seluruh otot di sekujur tubuh.

Kita juga memainkan Enbu dengan melakukan Ju-Ho, Go-Ho, Goju-Ho, dan Seido-Ho.



Konsentrasi pada gerakan dan pernafasan memimpin latihan Kiko.



Sanchin dan Tensyou dinamakan “Ritzusen”, dan postur berdiri dengan Sanchun Dachi dan pernafasan yang membentuk keadaan mental “tenchi-Jin”adalah keadaan terbaik dari seorang murid Goju-Ryu.



Belakagan hal tak terelakkan, ketika karate-Do Gojukai akan bermain Bunkai dengan baik, mereka harus mempunyai keterampilan ukemi waza, yang baik agar tidak cedera dan percaya diri melakukan teknik-teknik sapuan dan bantingan dalam teknik Kata Bunkai Kumite. Karena itu keterampilan ukemi dimasukkan untuk tingkat Kyu 7/6,dilatih setelah mereka memiliki Kihon yang memadai.

Kamis, 28 Januari 2010

“Ikken hissatsu/Ippon ieatsu”

Anda pernah mendengar istilah “Anda pernah mendengar istilah “ikken hissatsu” ? Bagi praktisi Shotokan tentu tidak asing dengan istilah ini. Ikken Hissatsu adalah salah satu dari sekian banyak filosofi Shotokan yang berkaitan dengan pertarungan (combat oriented). “Ikken” berarti tunggal, sedang “hissatsu” berarti serangan. Ikken Hissatsu berarti bertujuan membunuh dengan satu serangan.

Tuesday, February 12, 2008
Anda pernah mendengar istilah “ikken hissatsu” ? Bagi praktisi Shotokan tentu tidak asing dengan istilah ini. Ikken Hissatsu adalah salah satu dari sekian banyak filosofi Shotokan yang berkaitan dengan pertarungan (combat oriented). “Ikken” berarti tunggal, sedang “hissatsu” berarti serangan. Ikken Hissatsu berarti bertujuan membunuh dengan satu serangan. Dalam literatur lain istilah ini ada yang menyebut dengan “ippon ieatsu”. Banyak yang salah kaprah dengan dengan istilah ikken hissatsu ini. Sebagian praktisi karate menganggap bahwa membunuh lawan diperbolehkan. Tentu saja ini salah besar.

Meski terdengar seram, makna hakiki dari ikken hissatsu tidak sesimpel itu. Untuk memahami istilah ini Anda cukup membayangkan sedang dikepung oleh lawan lebih dari satu. Masing-masing dari lawan memegang senjata yang siap memotong leher Anda kapan saja. Masing-masing mempunyai teknik yang Anda sendiri tidak mengetahui. Singkatnya, Anda dalam posisi yang terjepit. Bagaimana Anda akan menghadapi situasi yang serba sulit ini ?. Dalam kondisi seperti inilah konsep ikken hissatsu benar-benar diperlukan.

Filosofi ini mengisyaratkan penggunaan teknik yang efektif (waza- ari) dalam mengatasi lawan terutama dalam jumlah besar. Dengan demikian teknik yang dilancarkan hanya membutuhkan usaha atau gerakan minimal namun menghasilkan kerusakan besar pada lawan. Sehingga tidak ada tenaga sia-sia yang dikeluarkan. Hasilnya akan membuat si penyerang berpikir dua kali untuk menyerang lagi. Teknik kihon umunya sangat efektif mengatasi lawan yang banyak. Prinsip ikken hissatsu sangat sederhana : satu serangan dan selesai. Mengapa hanya satu serangan ? karena dengan satu teknik yang Anda lancarkan, ada cukup waktu untuk mengatasi penyerang yang lain. Lawan yang lain tentu tidak akan menunggu, bukan ?

Konsep ikken hissatsu sebenarnya telah ada sejak karate belum masuk ke Jepang. Bahkan diduga sebelum berkembangnya karate di Okinawa konsep ini telah ada. Tentu saja dengan penyebutan yang berbeda. Terbukti ketika karate masih dirahasiakan di Okinawa, duel antar ahli bela diri sudah biasa terjadi. Di akhir duel tentu ada yang hidup dan ada yang mati. Hal ini sudah lazim terjadi. Ketika samurai sedang berjaya di Jepang, filosofi ikken hissatsu benar-benar dilakukan. Sejak pertarungan hidup mati demi kehormatan seakan sudah menjadi hal biasa. Uniknya, mereka tidak dendam dengan lawannya. Bagi golongan samurai pertarungan pedang lebih dari sekedar kehormatan namun keyakinan. Setelah Restorasi Meiji budaya ini telah ditinggalkan.

Diduga Shotokan mendapat pengaruh konsep ikken hissatsu ini dari guru Funakoshi yaitu Anko Azato dan Itosu. Sudah menjadi legenda bahwa keduanya tidak pernah terkalahkan dalam pertarungan apapun. Entah melawan orang dalam jumlah besar atau bahkan lembu jantan liar seperti yang dihadapi Itosu. Umumnya mereka tidak butuh serangan kedua untuk menyelesaikan duel. Namun yang lebih menakjubkan, mereka tidak sampai membunuh lawannya. Ini mengisyaratkan bahwa karate bukan ilmu pembunuh yang bisa digunakan sesuka hati.

Shotokan saat ini masih mempertahankan konsep ikken hissatsu ini. Di beberapa organisasi besar Shotokan (seperti KWF) mereka masih mempertahankan latihan kata dasar seperti Heian dan Tekki. Pemandangan ini sering ditemui pada mereka yang telah sabuk hitam. Tentu saja ini kontras dengan kenyataan bahwa seharusnya untuk tingkat sabuk hitam mereka telah berlatih kata tingkat lanjut. Umumnya mereka dituntut berlatih kihon berulang-ulang disamping kata dasar. Bagi mereka dasar diperlukan untuk meraih hasil yang lebih baik. Hasilnya, dalam turnamen meski teknik yang dilancarkan terkesan “miskin” (sebatas oi tsuki atau chudan geri) mereka tidak terkalahkan.

Kesimpulannya, ikken hissatsu mensyaratkan kita mengalahkan lawan dengan teknik yang efektif. Untuk melancarkannya butuh tenaga yang umumnya besar. Tenaga yang besar adalah hasil dari berlatih. Ketika lawan telah roboh, Anda tidak dibenarkan mengakhiri hidupnya. Hargai hidup lawan seperti Anda menghargai nyawa Anda sendiri.? Bagi praktisi Shotokan tentu tidak asing dengan istilah ini. Ikken Hissatsu adalah salah satu dari sekian banyak filosofi Shotokan yang berkaitan dengan pertarungan (combat oriented). “Ikken” berarti tunggal, sedang “hissatsu” berarti serangan. Ikken Hissatsu berarti bertujuan membunuh dengan satu serangan.

Tuesday, February 12, 2008
Anda pernah mendengar istilah “ikken hissatsu” ? Bagi praktisi Shotokan tentu tidak asing dengan istilah ini. Ikken Hissatsu adalah salah satu dari sekian banyak filosofi Shotokan yang berkaitan dengan pertarungan (combat oriented). “Ikken” berarti tunggal, sedang “hissatsu” berarti serangan. Ikken Hissatsu berarti bertujuan membunuh dengan satu serangan. Dalam literatur lain istilah ini ada yang menyebut dengan “ippon ieatsu”. Banyak yang salah kaprah dengan dengan istilah ikken hissatsu ini. Sebagian praktisi karate menganggap bahwa membunuh lawan diperbolehkan. Tentu saja ini salah besar.

Meski terdengar seram, makna hakiki dari ikken hissatsu tidak sesimpel itu. Untuk memahami istilah ini Anda cukup membayangkan sedang dikepung oleh lawan lebih dari satu. Masing-masing dari lawan memegang senjata yang siap memotong leher Anda kapan saja. Masing-masing mempunyai teknik yang Anda sendiri tidak mengetahui. Singkatnya, Anda dalam posisi yang terjepit. Bagaimana Anda akan menghadapi situasi yang serba sulit ini ?. Dalam kondisi seperti inilah konsep ikken hissatsu benar-benar diperlukan.

Filosofi ini mengisyaratkan penggunaan teknik yang efektif (waza- ari) dalam mengatasi lawan terutama dalam jumlah besar. Dengan demikian teknik yang dilancarkan hanya membutuhkan usaha atau gerakan minimal namun menghasilkan kerusakan besar pada lawan. Sehingga tidak ada tenaga sia-sia yang dikeluarkan. Hasilnya akan membuat si penyerang berpikir dua kali untuk menyerang lagi. Teknik kihon umunya sangat efektif mengatasi lawan yang banyak. Prinsip ikken hissatsu sangat sederhana : satu serangan dan selesai. Mengapa hanya satu serangan ? karena dengan satu teknik yang Anda lancarkan, ada cukup waktu untuk mengatasi penyerang yang lain. Lawan yang lain tentu tidak akan menunggu, bukan ?

Konsep ikken hissatsu sebenarnya telah ada sejak karate belum masuk ke Jepang. Bahkan diduga sebelum berkembangnya karate di Okinawa konsep ini telah ada. Tentu saja dengan penyebutan yang berbeda. Terbukti ketika karate masih dirahasiakan di Okinawa, duel antar ahli bela diri sudah biasa terjadi. Di akhir duel tentu ada yang hidup dan ada yang mati. Hal ini sudah lazim terjadi. Ketika samurai sedang berjaya di Jepang, filosofi ikken hissatsu benar-benar dilakukan. Sejak pertarungan hidup mati demi kehormatan seakan sudah menjadi hal biasa. Uniknya, mereka tidak dendam dengan lawannya. Bagi golongan samurai pertarungan pedang lebih dari sekedar kehormatan namun keyakinan. Setelah Restorasi Meiji budaya ini telah ditinggalkan.

Diduga Shotokan mendapat pengaruh konsep ikken hissatsu ini dari guru Funakoshi yaitu Anko Azato dan Itosu. Sudah menjadi legenda bahwa keduanya tidak pernah terkalahkan dalam pertarungan apapun. Entah melawan orang dalam jumlah besar atau bahkan lembu jantan liar seperti yang dihadapi Itosu. Umumnya mereka tidak butuh serangan kedua untuk menyelesaikan duel. Namun yang lebih menakjubkan, mereka tidak sampai membunuh lawannya. Ini mengisyaratkan bahwa karate bukan ilmu pembunuh yang bisa digunakan sesuka hati.

Shotokan saat ini masih mempertahankan konsep ikken hissatsu ini. Di beberapa organisasi besar Shotokan (seperti KWF) mereka masih mempertahankan latihan kata dasar seperti Heian dan Tekki. Pemandangan ini sering ditemui pada mereka yang telah sabuk hitam. Tentu saja ini kontras dengan kenyataan bahwa seharusnya untuk tingkat sabuk hitam mereka telah berlatih kata tingkat lanjut. Umumnya mereka dituntut berlatih kihon berulang-ulang disamping kata dasar. Bagi mereka dasar diperlukan untuk meraih hasil yang lebih baik. Hasilnya, dalam turnamen meski teknik yang dilancarkan terkesan “miskin” (sebatas oi tsuki atau chudan geri) mereka tidak terkalahkan.

Kesimpulannya, ikken hissatsu mensyaratkan kita mengalahkan lawan dengan teknik yang efektif. Untuk melancarkannya butuh tenaga yang umumnya besar. Tenaga yang besar adalah hasil dari berlatih. Ketika lawan telah roboh, Anda tidak dibenarkan mengakhiri hidupnya. Hargai hidup lawan seperti Anda menghargai nyawa Anda sendiri.

Karate Sebagai Seni Bela Diri

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, keberadaan beladiri jadi suatu kebutuhan: manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata utama guna melindungi diri menghadapi kerasnya kenyataan duniawi.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, keberadaan beladiri jadi suatu kebutuhan: manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata utama guna melindungi diri menghadapi kerasnya kenyataan duniawi.

Asal-usul karate berasal dari kempo alias seni beladiri tinju Cina (China Boxing)-diciptakan oleh Darma, Guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina (generasi Darma selanjutnya menyebut beladiri ini dengan nama Shorinji Kempo)-yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Pada abad itu, pengadilan Bakhuco (di bawah penguasa setempat) di Okinawa membuat larangan penggunaan senjata. Itulah sebabnya embrio beladiri karate muncul.

Dalam budaya (bahasa) Cina, kempo berasal dari kata kara yang berarti Cina dan te yang berarti tangan. Di Jepang, pada proses perkembangannya kemudian, kara berarti kosong dan te berarti tangan.

Jadi hakikatnya, seni beladiri karate merupakan suatu bentuk beladiri yang mengandalkan tangan kosong. Lahirnya karate sebagai seni beladiri diketahui pada abad ke-19.
Adalah Matsumara Shukon (1797-1896)-seorang prajurit samurai dan pelindung Raja Soko Okinawa-yang berjasa melahirkan seni beladiri karate. Ia menciptakannya dengan menggabungkan unsur seni militer Jepang (bushido).

Matsumara adalah pendukung adanya dua kebijakan : latihan militer (fisik) dan kesarjanaan (intelektualitas). Ia-lah anggota kelas berkuasa di Pulau Ryuku yang berjasa meletakkan pondasi dasar dan pengembangan ilmu karate.
Gichin Funakoshi, penemu shotokan, mengemukakan suatu filosofi bahwa karate yang sesungguhnya adalah : dalam kehidupan sehari-hari, pikiran dan tubuh seseorang dilatih dan dikembangkan dalam kerendahan hati. Dan, pada sat-saat kritis, ia akan mengabdi seluruhnya pada keadilan.

Pemahaman terhadap karate digambarkan pula sebagai seni perang atau metode beladiri yang meliputi bermacam-macam teknik, termasuk bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan. Latihan karate dapat dibagi menjadi tiga aspek : kihon (dasar), kata (bentuk), dan kumite (lakuan).

Kata karate merupakan kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang: kara berarti kosong dan te yang berarti tangan. Maka karate dapat diartikan dengan tangan kosong. Ditambah sufiks (akhiran)-do (baca : doe), berarti cara.
Jadi, karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri.
Dalam karate-do tradisional, kita selalu diingatkan : musuh utama adalah diri kita sendiri.
Funakoshi mengatakan, Pikiran dan teknik menjadi satu dalam karate.

Kita berusaha membuat teknik fisik kita sebagai ekspresi dari apa yang diinginkan pikiran kita, pun meningkatkan pemusatan pikiran kita dengan memahami inti dari teknik fisik. Dengan menyempurnakan gerakan karate, kita juga menyempurnakan jiwa dan mental.

Sebagai contoh, meniadakan gerakan dalam gerakan karate yang lemah dan ragu-ragu dapat membantu menghilangkan kelemahan dan keragu-raguan berpikir, begitu pula sebaliknya. Dengan makna itu, karate menjadi suatu cara hidup, dimana kita mencoba untuk menjadi orang yang kuat, tapi bahagia dan penuh kedamaian. Seperti yang dimaksud Tsutomu Ohshima, Kepala Instruktur (Shihan) Shotokan Karate America (SKA), Kita harus cukup kuat mengekspresikan pikiran kita terhadap lawan, kapan saja, dimana saja. Tapi, kita harus tenang mengekspresikan diri kita secara rendah hati.

Ada salah satu bentuk latihan karate yang unik dalam SKA. Latihan itu dinamakan latihan khusus, yaitu satu seri dari latihan karate dimana kita mencoba untuk menghadapi diri kita sendiri dan menyempurnakan mental dan jiwa kita.

Karate Sebagai Seni Bela Diri

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, keberadaan beladiri jadi suatu kebutuhan: manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata utama guna melindungi diri menghadapi kerasnya kenyataan duniawi.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, keberadaan beladiri jadi suatu kebutuhan: manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata utama guna melindungi diri menghadapi kerasnya kenyataan duniawi.

Asal-usul karate berasal dari kempo alias seni beladiri tinju Cina (China Boxing)-diciptakan oleh Darma, Guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina (generasi Darma selanjutnya menyebut beladiri ini dengan nama Shorinji Kempo)-yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Pada abad itu, pengadilan Bakhuco (di bawah penguasa setempat) di Okinawa membuat larangan penggunaan senjata. Itulah sebabnya embrio beladiri karate muncul.

Dalam budaya (bahasa) Cina, kempo berasal dari kata kara yang berarti Cina dan te yang berarti tangan. Di Jepang, pada proses perkembangannya kemudian, kara berarti kosong dan te berarti tangan.

Jadi hakikatnya, seni beladiri karate merupakan suatu bentuk beladiri yang mengandalkan tangan kosong. Lahirnya karate sebagai seni beladiri diketahui pada abad ke-19.
Adalah Matsumara Shukon (1797-1896)-seorang prajurit samurai dan pelindung Raja Soko Okinawa-yang berjasa melahirkan seni beladiri karate. Ia menciptakannya dengan menggabungkan unsur seni militer Jepang (bushido).

Matsumara adalah pendukung adanya dua kebijakan : latihan militer (fisik) dan kesarjanaan (intelektualitas). Ia-lah anggota kelas berkuasa di Pulau Ryuku yang berjasa meletakkan pondasi dasar dan pengembangan ilmu karate.
Gichin Funakoshi, penemu shotokan, mengemukakan suatu filosofi bahwa karate yang sesungguhnya adalah : dalam kehidupan sehari-hari, pikiran dan tubuh seseorang dilatih dan dikembangkan dalam kerendahan hati. Dan, pada sat-saat kritis, ia akan mengabdi seluruhnya pada keadilan.

Pemahaman terhadap karate digambarkan pula sebagai seni perang atau metode beladiri yang meliputi bermacam-macam teknik, termasuk bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan. Latihan karate dapat dibagi menjadi tiga aspek : kihon (dasar), kata (bentuk), dan kumite (lakuan).

Kata karate merupakan kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang: kara berarti kosong dan te yang berarti tangan. Maka karate dapat diartikan dengan tangan kosong. Ditambah sufiks (akhiran)-do (baca : doe), berarti cara.
Jadi, karate-do menerapkan karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri.
Dalam karate-do tradisional, kita selalu diingatkan : musuh utama adalah diri kita sendiri.
Funakoshi mengatakan, Pikiran dan teknik menjadi satu dalam karate.

Kita berusaha membuat teknik fisik kita sebagai ekspresi dari apa yang diinginkan pikiran kita, pun meningkatkan pemusatan pikiran kita dengan memahami inti dari teknik fisik. Dengan menyempurnakan gerakan karate, kita juga menyempurnakan jiwa dan mental.

Sebagai contoh, meniadakan gerakan dalam gerakan karate yang lemah dan ragu-ragu dapat membantu menghilangkan kelemahan dan keragu-raguan berpikir, begitu pula sebaliknya. Dengan makna itu, karate menjadi suatu cara hidup, dimana kita mencoba untuk menjadi orang yang kuat, tapi bahagia dan penuh kedamaian. Seperti yang dimaksud Tsutomu Ohshima, Kepala Instruktur (Shihan) Shotokan Karate America (SKA), Kita harus cukup kuat mengekspresikan pikiran kita terhadap lawan, kapan saja, dimana saja. Tapi, kita harus tenang mengekspresikan diri kita secara rendah hati.

Ada salah satu bentuk latihan karate yang unik dalam SKA. Latihan itu dinamakan latihan khusus, yaitu satu seri dari latihan karate dimana kita mencoba untuk menghadapi diri kita sendiri dan menyempurnakan mental dan jiwa kita.

20 Filosofi Karate Gichin Funakoshi

20 Filosofi Karate Gichin Funakoshi
1. Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
2. Tak ada serangan pertama pada karate.
3. Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan.
4. Pertama-tama, kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
5. Semangat yang utama, teknik kemudian.
6. Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu.
7. Kecelekaan timbul lantara kecerobohan.
8. Janganlah berpikir bahwa latihan karate cuma bisa di dojo.
9. Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
10. Masukkan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo (rahasia yang tersembunyi).
11. Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
12. Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
13. Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
14. Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan tidak (bergerak menurut lawanmu).
15. Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang.
16. Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
17. Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
18. Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain.
19. Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan kontraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
20. Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan di atas setiap hari.

Minggu, 03 Januari 2010

ALIRAN KARATE

Secara umum semua Karate sama. Namun terdapat perbedaan atau ciri sesuai dengan pendiri sebuah aliran karate. Menurut Japan Karate Foundation, Karate dibagi menjadi 4 aliran:
1.Shotokan
Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2.Goju-ryu
Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3.Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli
Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian da
n lemparan/bantingan Jujutsu. Dalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetap
i, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.

Shiroite Karate-do Ass. Yogyakarta: Kontak SHIROITE Yogyakarta

Shiroite Karate-do Ass. Yogyakarta: Kontak SHIROITE Yogyakarta

Sejarah Shiroite

SHIROITE ADALAH ALIRAN KUSHIN RYU,DIMANA SHIROITE ADALAH PECAHAN PERGURUAN KUSHIN RYU RYU KARATEDO.GURU BESAR ALIRAN KUSHIN RYU ADALAH SENSEI SANOSUKE UESHIMA.GURU BESAR SHIROITE YAKNI ALM KAAPTEN CKM DR.TOJO SIMANJUNTAK MEMPERDALAM ILMUNYA KEPADA SANOSUKE UESHIMA DI JEPANG.SEBELUM KE JEPANG BELIAU MEMPELAJARI KARATE DARI SENSEI SHINYA MATSUZAKI (PENDIRI KKI).

SHIROITE KARATEDO ADALAH SUATU ORGANISASI PERGURUAN KARATE YANG ARTINYA "SATU TANGAN SUCI".
DIDIRIKAN PADA TANGGAL 14 APRIL 1970.
SEKARANG GURU BESAR SHIROITE KARATEDO ADALAH ANAK KANDUNG ALM YAKNI LETTU.ANDREW SIMANJUNTAK SEBAGAI SHIHAN.

Kontak SHIROITE Yogyakarta

Sensei Wira Handoko
alamat: Dojo STM/SMK Panca Sakti
Jl Sompilan 12, Kadipaten, Kraton YOGYAKARTA
HP:082328845311
simpai:Doni Hardono
alamat:Dojo SMU N I Gamping Sleman
Tegalyoso, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293
HP:081227955000
TINGKATAN SHIROITE KARATEDO

1. TINGKAT KYU 6 (KUNING)

KIHON
TOJO SIMA 1
TOJO SIMA 2
PIN AN SHODAN
SAMBON KUMITE
IPPON KUMITE 4 JURUS
JIUJITSU (BELA DIRI) 2 MACAM)


2.TINGKAT KYU 5 (HIJAU)

KIHON
TOJO SIMA 1
TOJO SIMA 2
TOJO SIMA 3
PIN AN SHODAN
PIN AN NIDAN
SAMBON KUMITE
IPPON KUMITE 6 JURUS
BELADIRI 5 MACAM


3.TINGKAT KYU 4(BIRU)

KIHON
TOJO SIMA 1,2,3 DAN 4
PIN AN SHODAN
PIN AN NIDAN
PIN AN SANDAN
IPPON KUMITE 8 JURUS
BELADIRI 8 MACAM


4.TINGKAT KYU 3 (UNGU)

KIHON
TOJO SIMA 1,2,3,DAN 4
PIN AN SHODAN
PIN AN NIDAN
PIN AN SANDAN
PIN AN YODAN
PIN AN GODAN
SAMBON KUMITE
IPPON KUMITE 10 JURUS
BELADIRI 11 MACAM


5.TINGKAT KYU 2 (COKLAT STRIP)

KIHON
TOJO SIMA 1,2,3,DAN 4
PIN AN SHODAN,NIDAN,SANDAN,YODAN,DAN GODAN
BASSADAI
KANKU DAI
SANCHIN
ENPI
SAMBON KUMITE
IPPON KUMITE 11 JURUS
BELADIRI 14 MACAM


6.TINGKAT KYU 1 (SABUK COKLAT POLOS)

KIHON
TOJO SIMA 1,2,3,DAN 4
PIN AN SHODAN,NIDAN,SANDAN,YODAN,DAN GODAN
BASSADAI
KANKUDAI
SANCHIN
ENPI
SAMBON KUMITE
IPPON KUMITE 11 JURUS
BELADIRI 14 MACAM
KUMITE 3 MENIT


7.TINGKAT DAN I (SABUK HITAM)

KIHON
TOJO SIMA 1,2,3,DAN,4
PIN AN SHODAN,NIDAN,SANDAN,YODAN,DAN GODAN.
BASSADAI
KANKU DAI
SANCHIN
NAIFANCHIN 1
SEIENCHIN
ENPI
SAMBON KUMITE
IPPON KUMITE
BELADIRI 24 MACAM
TAMESSHIWARI (PEMECAHAN BENDA KERAS)
KUMITE 5 MENIT
MESSAGE (PENGOBATAN LUKA)
PERWASITAN
ADMINITRASI PERTANDINGAN